LAPORAN
MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
“ PENYIMPANGAN PRILAKU REMAJA ”
Disusun oleh :
Andika Modona Putra
NIM : 12040045
Dosen Pembimbing :
Dra. Yuniarti Munaf, M.pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perilaku
menyimpang juga bisa disebut dengan penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial
adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai kesusilaan, baik dalam sudut
pandang kemanusiaan, agama, maupun secara individu. Dalam definisi Kamus Besar
Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan
atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan
norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
Tim Prima Pena, Gita Media Press).
Remaja
adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Banyak sekali
istilah yang digunakan dalam menyebut masa ini, ada masa pubertas, puberty dari
bahasa Inggris, puberteit dari bahasa Belanda dan lain-lain. Masa remaja
didefinisikan dengan penggolongan manusia yang berusia 12 tahun sampai 21
tahun. Manusia pada usia transisi ini kondisi psikologis maupun cara
berpikirnya cenderung tidak stabil dan banyak mengalami goncangan, dikarenakan
masih belum bisa menemukan prinsip yang benar dalam hidupnya.
Remaja
cenderung suka mencoba hal baru, dalam artian di usia ini remaja masih
mencari-cari jati dirinya. Remaja lebih menyukai bergerombol atau membentuk
kelompok dari pada menyendiri. Dari sinilah perilaku menyimpang dapat timbul.
Bagi remaja yang kurang bisa mengontrol dirinya dan tidak bisa menyaring setiap
kebudayaan negatif dari luar yang masuk, akan menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan pada remaja. Kondisi lingkungan sekitarnya juga
sangat mempengaruhi, misal kondisi di rumah, kondisi lingkungan masyarakatnya
yang negatif dan di sekolahnya. Maka dari itu sangat dibutuhkan selfdifense
yang baik bagi remaja, agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang negatif.
Penyebab Penyimpangan remaja
dikarenakan manusia, termasuk anak dan remaja adalah mahluk sosial yang
senantiasa melakukan interaksi yang terbuka dengan berbagai faktor yang sulit
dideteksi secara jelas, dan memungkinkan lebih bersifat individual. Profesi
pekerjaan sosial merupakan profesi yang
bertanggung jawab atas masalah sosial Penyimpangan remaja, menunjuk
ketidakmampuan orang tua sebagai penyebab penyimpangan remaja, yang dalam hal ini berarti keluarga.
Orang tua seharusnya memiliki kompetensi untuk mengendalikan anak-anak mereka,
terutama yang sedang memasuki masa remaja. Sosiolog memandang disorganisasi
sosial sebagai penyebab terjadinya Penyimpangan remaja, sedangkan psikolog
mengacu pada pandangan Freud, bahwa Penyimpangan remaja disebabkan oleh
terjadinya inner conflict, kelabilan emosional dan emosi alam bawah sadar
lainnya.
Banyaknya
penyimpangan yang di lakukan remaja berakibat buruk terhadap pendidikan yang di
jalaninya. Banyak diantara remaja yang putus sekolah akibat melakukan perbuatan
– perbuatan yang menyalahi aturan sekolah. Putus sekolah merupakan masalah yang
sangat penting untuk dibicarakan dan dicari jalan keluarnya. Permasalahannya
putus sekolah di Indonesia bukan masalah kecil. Sebagaimana kita ketahui
bersama, jumlah anak yang putus sekolah di Indonesia dewasa ini angkanya tidak
puluhan orang tetapi sudah mencapai ribuan orang, ini bukan angka yang kecil.
Dalam penyelesaian masalah anak putus sekolah ini, bukanlah tanggung jawab
satu, dua orang atau suatu instansi saja. Tetapi semua orang dan semua lembaga
bertanggung jawab pada masalah ini. Jika masalah anak putus sekolah ini tidak
ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan berdampak buruk bagi perekonomian
Indonesia dan sosial bangsa pun akan terganggu.
Dengan
banyaknya anak putus sekolah akan berdampak kepada pengangguran karena
kemampuan yang dimiliki anak putus sekolah tersebut tidak mencukupi untuk
mengisi lapangan pekerjaan yang semakin canggih dan membutuhkan keahlian
khusus. Maka, angka pengangguran pun akan bertambah. Jadi, bagaimana Indonesia bisa
dan mampu bersaing dengan Negara-negara maju, sedangkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) Indonesia masih jauh ketinggalan dari Negara-negara maju.
Selain
itu, anak-anak yang putus sekolah yang akhirnya menganggur akan semakin didesak
oleh kebutuhan hidup yang terus meningkat, yang mendorong untuk bertindak
kriminalitas seperti pencurian, perampokan, pembunuhan dan lain-lain. Yang
membuat masyarakat menjadi terganggu dan ketentraman yang telah terjalin
ditengah-tengah masyarakat akan hilang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang hendak
dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Penyimpangan prilaku remaja di
sekolah
b. Menyelidiki faktor-faktor yang
menyebabkan seorang remaja putus sekolah
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan laporan ini adalah:
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik
b. Mengetahui penyimpangan
prilaku remaja disekolah
c. Untuk mengetahui penyebab
remaja putus sekolah
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Masa Remaja
Masa remaja merupakan sebuah periode
dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak
terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan
ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian
remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18)
kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja
sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa
dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum
siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan
anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat
diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk
bersikap mandiri dan dewasa.
Ciri-ciri masa remaja adalah sebagai
berikut:
- Merupakan periode transisi/peralihan
- Merupakan periode perubahan, misalnya: perubahan kepekaan emosi, bentuk tubuh, peran, minat, dan nilai.
- Merupakan masa mencari jati diri/identitas diri.
- Merupakan masa yang tidak realistik, karena mereka memandang sesuatu dari “kacamata”-nya sendiri, yang kadang jauh dari realita
Ada beberapa tugas perkembangan pada
masa remaja, diantaranya sebagai berikut:
- Menerima kodisi fisik apa adanya, dan mampu memanfaatkannya secara efektif.
- Mencapai hubungan baru yang lebih matang dg teman sebaya, baik sejenis maupun lain jenis.
- Mencapai peran sosial yang bertanggung jawab sebagai pria/wanita.
- Mencapai kemandirian emosional dari ortu maupun orla.
- Mempersiapkan karier ekonomi.
- Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Pada masa remaja terdiri atas
kebutuhan-kebutuhan:
a.
Mencapai sesuatu => memupuk ambisi
b.
Kebutuhan akan rasa: superior, ingin menonjol,
ingin terkenal.
c.
Kebutuhan untuk berkompetisi
b.
Kebutuhan untuk tampil memukau
c.
Kebutuhan bebas menentukan sikap (tidak mau
didekte) FILE DI: Psikologi Perkembangan II-Pendahuluan-08
d.
Kebutuhan untuk menjalin persahabatan
e.
Kebutuhan untuk berempati
f.
Kebutuhan untuk mencari simpati
g.
Kebutuhan untuk menghindari rutinitas
h.
Kebutuhan untuk mengatasi hambatan
i.
Kebutuhan untuk menyalurkan agresivitas
j.
Kebutuhan bergaul dengan lawan jenis
2.2 Permasalahan Remaja
Remaja adalah masa yang penuh dengan
permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal
abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley
Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan
(storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah
masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan
Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status
identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium,
foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks,
dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa
karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri
remaja, yaitu:
a)
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam
gerakan.
b)
Ketidakstabilan emosi.
c)
Adanya perasaan kosong akibat perombakan
pandangan dan petunjuk hidup.
d)
Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
e)
Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi
pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
f)
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi
remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
g)
Senang bereksperimentasi.
h)
Senang bereksplorasi.
i)
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
j)
Kecenderungan membentuk kelompok dan
kecenderungan kegiatan berkelompok.
Namun ada beberapa permasalahan utama
yang sering dialami oleh remaja, yaitu:
a Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik
banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja
yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan
fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap
keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang
diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain
ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka
kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja
perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya,
khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian
survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan
kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini
sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang
penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan
yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya
gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999;
Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak
remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang
tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa
kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik
mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
b Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan
Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk
menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini
sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/
napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang
terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa
remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa
percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
a)
Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk
kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian
negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang
tua.
b)
Pengaruh budaya dan tata krama: memandang
penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar
konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
c)
Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian
yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal,
rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
2.3 Pengertian Putus Sekolah
Pendidikan
merupakan kebutuhan setiap orang. Setiap individu di dunia ini memerlukan
pendidikan untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik. Setiap anak yang
terlahir ke dunia, mereka belajar. Belajar mulai dari hal-hal yang kecil sampai
hal-hal yang besar. Setelah menginjak usia balita, anak mulai membutuhkan
pendidikan non formal dan formal. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang
bersumber dari keluarga, masyarakat dan lingkungan. Pendidikan non formal
diperoleh oleh seorang anak secara gratis dan tanpa diminta pun seorang anak
pasti akan mendapatkannya. Yaitu
pendidikan yag diberikan oleh ayah,ibu dan kakak-kakanya serta orang
yang berada di sekitar tempat tinggalnya. Berbeda dengan pendidikan formal.
Pedidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh oleh seorang dari
lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah.
Pendidikan
dapat diartikan sebagai perbuatan mendidik, pengetahuan tentang mendidik.
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai dengan nilai-nilai dan budaya masyarakat. Pendidikan dapat diartikan
sebagai sebuah proses timbal balik dari pribadi-pribadi manusia dalam
menyesuaikan diri dengan manusia lain dan dengan alam semesta. Sedangkan
pengertian sekolah menurut WJS. Poerwodarmita adalah bangunan atau lembaga
untuk belajar dan memberi pelajaran.
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengertian putus
sekolah adalah seseorang yang telah masuk dalam sebuah lembaga pendidikan baik
itu diingkat sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah
Menengah Atas (SMA) untuk belajar dan menerima pelajaran, tetapi tidak
menyelesaikan pendidikannya atau tidak sampai lulus kemudian mereka berhenti
atau keluar dari sekolah.
Pengertian
putus sekolah dapat pula diartikan sebagai Droup-Out (DO) yang artinya bahwa
seorang anak didik yang karena sesuatu hal biasa disebabkan karena malu, malas,
takut, sekedar ikut-ikutan dengan temannya atau karena alasa lain sehingga
mereka keluar dari sekolah dan tidak masuk lagi untuk selama-lamanya.
BAB III
HASIL WAWANCARA
3.1 Data Hasil Wawancara
A. Waktu dan Tempat Kegiatan
Acara ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Rabu, 17 Desember 2014.
Pukul : 17.00 WIB s/d selesai.
Tempat : Mata Air
B. Laporan Hasil Wawancara
Narasumber : Adi
Pewawancara :
Andika ModonaPutra
Juru Foto : Asep Tianus
Juru video : Asep Tianus
Pertanyaan Pembuka &
Pertanyaan Isi :
P: Perkenalkan nama saya Andika
dari kampus STKIP PGRI padang. Saya mau
menanyakan beberapa hal kepada adek, sebelum itu kalau boleh tau nama adek
siapa ya? Sekolah dimana?
N: Boleh bang, nama saya Adi.
Udah berhenti bang
P: Umur kamu sekarang berapa?
N: 18 tahun
P : Kenapa Adi putus sekolah?
N:Karena pergaulan bang
P: Sewaktu sekolah seperti apa
pergaulan Adi ?
N: Sering cabut (bolos) dari
sekolah
P: Apa yang dilakukan ketika
bolos sekolah ?
N: Pergi tawuran bang
P: Emangnya dulu Adi sekolah
dimana ?
N: SMA Pertiwi 2 Padang
P : Tawurannya dengan siswa mana?
N: SMA PGRI 6 Padang.
P : Hal yang sering memicu
tawuran apa?
N: Karena digangguin sama siswa
SMA PGRI 6
P: Mengapa Adi ikut tawuran ?
N: Diajak sama teman
P: Kalau tidak ikut?
N: Dijauhin (dikucilkan)
P: Apa pendapat orang tua Adi
sehubungan dengan Adi berhenti sekolah?
N: Di suruh sekolah lagi
P: Lalu kenapa Adi tidak sekolah
lagi ?
N: Faktor ekonomi bang
P: Bagaimana dengan pergaulan di
lingkungan tempat tinggal Adi?
N: Banyak mengarah ke hal- hal
negatif bang
P: Keinginan Adi sendiri
bagaimana?
N: Pengen kembali sekolah lagi
bang
P: Selama berhenti sekolah apa
yang Adi lakukan?
N: Gak ada kegiatan bang (
Pengangguran)
P: Apa harapan dan keinginan Adi?
N: Pengen sekolah lagi dan
pengen bahagiain orang tua
P: Kalau cita – cita Adi apa?
N: Pengen jadi aparat hukum bang
3.2 Solusi
- Adi bisa mengikuti ujian penyetaraan/ mengambil ijazah Paket –C untuk bisa lagi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
- Usaha yang dilakukan dalam lingkup keluarga atau orang tua, usaha ini dapat dilakukan dengan orang tua mencontohkan perilaku-perilaku yang baik terhadap anaknya. Pendampingan yang baik terhadap anak dan mendengar aspirasi anak dengan tidak menyepelekannya dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan karakter anak.
- Usaha dilakukan dalam lingkungan sekolah, usaha ini dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah maupun sistem pendidikan di sekolah masing-masing, tidak hanya diberikan teori tetapi juga diberikan contoh implementasi yang mudah dipahami.
3.3 Pembahasan Hasil Wawancara
Berdasarkan data hasil wawancara, Adi
merupakan remaja putus dari sekolah dikarenakan faktor pergaulan, ekonomi dan
lingkungan yang buruk. Penyimpangan yang di lakukan selama masa sekolah seperti
tawuran, bolos dan lain sebagainya merupakan kegagagalan orang tua dan guru
dalam mendidiknya. Berdasarkan hal tersebut bahwa semua penyimpangan yang
dilakukan Adi bila digolongkan kepada teori-teori kriminologi termasuk teori
asosiasi diferensial (differensial association) yang dikemukakan oleh
Sutherland. Teori ini menyatakan kejahatan atau tingkah laku kejahatan
dipelajari melalui belajar yang tergantung pada keadaan. Ketika seseorang
berada di lingkungan yang baik maka dia akan berpeluang menjadi orang yang
tidak baik dan begitu pun sebaliknya.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan ada beberapa faktor yang menyebabkan Adi putus
dari sekolah:
1. Faktor pergaulan
2. Faktor ekonomi
3. Faktor lingkungan
4.2 Saran
1.
Orang tua seharusnya memberi perhatian lebih
kepada anak anaknya agar tidak mudah terjerumus pada pergaulan yang tidak baik.
2.
Guru dan Perangkat pendidikan hendaknya lebih
tegas dan disiplin dalam mendidik siswa.
3.
Linkungan tempat tinggal seharusnya mendorong
remaja untuk berbuat dan bersikap yang baik bukan menjerumuskannya pada prilaku
negative/ menyimpang.
4. Para remaja
hendaknya bisa memilih teman yang baik agar tidak mudah terjerumus kepada hal
–hal yang negatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Furchan, Arief, MA.,Ph.D. (Penerjemah). 2004. Pengantar
penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Kartini Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja,
Rajawali, Jakarta
Mustofa, Muhammad, Kriminologi : Kajian Sosial Terhadap
Kriminalitas, Perilaku Menyimpang dan Pelanggaran Hukum, Fisip UI Press. 2007
Santrok, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja).
Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gunarsa. 1989.Psikologi Perkembangan: Peserta danRemaja.
Jakarta: BPK. Gunung Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar